Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,64% menjadi 6.088 pada hari pertama setelah pemerintah memperpanjang level PPKM pada Selasa (10/8). Sebelumnya, kabinet memutuskan untuk memperpanjang PPKM hingga 16 Agustus.
Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto mengatakan ekspansi PPKM sebenarnya sudah bisa diprediksi oleh pelaku pasar karena kasus COVID-19 di Indonesia sudah tidak terkendali.
Jika ekonomi tiba-tiba terbuka, ada risiko lebih besar bahwa pandemi akan memperburuk ekonomi. Yang mengkhawatirkan pasar, lanjutnya, adalah munculnya strain baru COVID-19.

Dia mengatakan, jenis baru COVID-19, yang arahnya semakin sulit diprediksi, telah mengkhawatirkan para pelaku pasar. Dampaknya terhadap pasar saham Indonesia juga cukup negatif karena penanganan COVID-19 di Indonesia lebih lambat dibandingkan mutasi virusnya.
“Kepemimpinan Indonesia di bawah Amerika Serikat dan China, jadi varian covid lebih maju dari kita,” katanya dalam wawancara eksklusif dengan CNNIndonesia.com, Selasa (10/8).
Meski peduli dengan produktivitas, ia mengaku tidak peduli dengan fundamental ekonomi Indonesia karena kuatnya kontribusi negara-negara yang menggerakkan perekonomian global. Secara nasional, terutama Amerika Serikat dan China.
Dia mengatakan keduanya sedang menyelidiki stok impor bahan baku dan bahan habis pakai di tengah pemulihan ekonomi. Menurut Chandra, menurut Chandra, menurut Chandra, kedua negara ingin Indonesia pulih dari infeksi Covid-19.
Selain itu, dia merasa juga melihat Indonesia sebagai mitra dagang dengan pasar yang potensial.
Chandra menilai koreksi indeks lebih disebabkan oleh sikap oportunistik investor yang tersapu bersih sejak dampak awal pandemi COVID-19. Politik Indonesia
Bagi mereka yang berinvestasi saat itu, uang yang diperoleh hari ini sudah cukup baik. Karena mentalitas cuan ini, ia menyebutkan bahwa banyak investor menggunakan strategi flash trading dan menghasilkan keuntungan cepat.
Namun, dia yakin indeks tersebut tidak akan dianggap bermasalah dalam jangka panjang, apalagi oleh investor asing.
Chandra mengaku melihat sektor teknologi sebagai salah satu sektor potensial yang akan terus tumbuh dan menyita perhatian pasar.
Hal ini didukung oleh pola pikir investor Indonesia yang menurutnya sudah mulai bergeser dari investasi fundamental ke investasi berbasis potensi. Artinya investor tidak hanya melihat kinerja masa lalu perusahaan, tetapi juga potensi saham.
Untuk saham-saham teknologi, kata dia, strategi yang digunakan didasarkan pada potensi yang akan memakan waktu setidaknya enam bulan. Karena itu, kata dia, jangan heran jika saham sektor teknologi fluktuatif, terutama di awal-awal.
Dia mencontohkan gudang Tesla milik Elon Musk. Jika didasarkan pada kinerja bisnis, harga saat ini terlalu tinggi atau mahal. Namun, yang dilihat investor adalah potensi masa depan ketika mobil listrik Tesla sudah diproduksi dalam jumlah besar dan mendominasi pasar mobil listrik.
Menanggapi volatilitas harga dari startup pertama yang masuk ke BEI, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dia mengaku memprediksi harga akan fluktuatif karena investor Indonesia cepat panik.
Perlu dicatat bahwa OPEN Selasa (10/8) turun 6,76% dalam perdagangan atau pada hari perusahaan melakukan aksi jual. Pada hari pertama Jumat, OPEN naik 25 persen dan berbalik pada Senin (9/8), ditutup pada 4,72 persen. Saat ini OPEN berada di posisi 1.035, masih lebih tinggi dari IPO 850.
“Investor kita mudah panik, ya selalu ada kombinasi FOMO, jadi beli panik dan panik juga. Jadi pasang surut pasti (terbuka) terjadi seperti salah satu IPO teknologi pertama,” katanya. Ekonomi Indonesia