Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap perlambatan ekonomi dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada triwulan IV 2020 perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19% year-on-year (year-on-year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski lebih kecil, angka ini mengungguli kinerja Q3 dan Q2. Perbaikan ekonomi yang lambat ini dimungkinkan oleh langkah-langkah adaptasi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis dan konsumen dengan menggunakan teknologi digital.

Sejak Covid-19 telah merusak transaksi ecommerce online sebesar 400% per. Bulan. Artinya, bisnis retail sudah mulai beradaptasi dengan penggunaan teknologi digital. Selain ritel, pemanfaatan teknologi digital di sektor lain juga akan mendorong pemulihan ekonomi dari pandemi. Padahal, teknologi digital bisa mengefektifkan proses produksi sekaligus meningkatkan produktivitas. Teknologi digital juga meminimalkan kontak fisik yang diperlukan selama pandemi.
Oleh karena itu, perusahaan dari berbagai sektor perlu menata ulang secara cermat perusahaan tempatnya beroperasi agar dapat berkembang. Selain itu, penting bagi perusahaan untuk dapat mempercepat produktivitasnya dengan memanfaatkan teknologi terkini secara optimal.
Untuk mempercepat penggunaan teknologi, pemerintah juga mencanangkan program Making Indonesia 4.0. Tujuannya agar seluruh sektor industri rumah tangga terus beradaptasi dan bersiap memanfaatkan peluang era industri 4.0. Ide inti dari Industri 4.0 itu sendiri adalah memanfaatkan dan memaksimalkan berbagai teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi bisnis.
Akselerasi dan konektivitas industri 4.0 di Tanah Air Laju perubahan yang ditimbulkan oleh revolusi industri 4.0 tidak pernah terjadi dalam revolusi industri pendahulunya. Nyatanya, revolusi industri 4.0 tampak berkembang lambat pada awalnya. Politik Indonesia
Namun seiring berjalannya waktu, revolusi industri 4.0 telah berjalan begitu cepat sehingga telah melanda industri di semua negara melalui sistem produksi, manajemen dan tata kelola perusahaan. Padahal, dampak Industri 4.0 juga bisa dirasakan masyarakat dan individu. Industri 4.0 menawarkan harapan dan tantangan. Peluang efisiensi dan produktivitas yang membuka pasar baru dan berkembang.
Industri 4.0 dapat meningkatkan kualitas hidup, masyarakat dapat bekerja lebih baik, dan kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan lebih baik di platform digital. “Kebutuhan digitalisasi sangat penting dalam dunia industri, baik dari segi manajemen, peningkatan kapasitas, pengujian kualitas, pemantauan dan ketertelusuran sistem logistik, serta penerapan otomasi dan perencanaan yang dapat beroperasi secara mandiri,” ujar Menperin. (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
Menperin mengatakan, inovasi dan kualitas talenta menjadi kunci utama untuk memenangkan persaingan global di era industri 4.0. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga telah melakukan beberapa langkah strategis untuk mempercepat implementasi Industri 4.0 di Tanah Air. Salah satunya dengan pendirian Pusat Inovasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (PIDI 4.0).
Tujuannya untuk memberikan pengalaman dan pendampingan langsung kepada industri dalam implementasi Industri 4.0 yang diharapkan mampu mempercepat pengembangan sumber daya manusia industri di masa mendatang. PIDI 4.0 adalah pusat pembelajaran manufaktur digital yang membantu perusahaan memperluas operasi, desain, dan produktivitas mereka di sepanjang rantai nilai.
PIDI 4.0 juga akan diimplementasikan dengan konsep kemitraan dan kolaborasi antara pemerintah dan swasta untuk mendorong terbentuknya sinergi kolaboratif guna mempercepat transformasi Industri 4.0 di Indonesia. “PIDI 4.0 memiliki visi sebagai solusi total bagi implementasi Industri 4.0 di Indonesia dan menjadi jendela Indonesia 4.0 bagi dunia,” kata Agus. Ekonomi Indonesia