Kami telah melihat sejumlah pendekatan yang tidak ilmiah, termasuk meninggikan publik beberapa elit dalam dua bulan terakhir. Wakil Presiden Indonesia Ma’ruf Amin dan Menteri Kesehatan Agus Terawan meminta masyarakat dan akademisi untuk mencegah penyebaran virus di Tanah Air. Senada, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengklaim masyarakat Indonesia kebal virus corona dengan meminum tanaman obat.
Sementara itu, pemerintah bahkan telah menyiapkan dana $ 4,8 juta untuk mendorong industri pariwisata terhindar dari konsekuensi negatif wabah virus corona. Inisiatif ini (yang dimaksudkan untuk menarik lebih banyak turis asing ke Indonesia) kemudian mendapat tekanan publik. Indonesia sangat membutuhkan fakta ilmiah untuk menginformasikan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Jokowi untuk mencegah penyebaran virus corona, kata Asmiati Malik.
Sejauh ini, respons utama pemerintah adalah mendorong para pejabat untuk bekerja dari rumah dan mendorong warga menghindari pertemuan publik dan mengunjungi rumah sakit. Jokowi mengizinkan pemerintah daerah untuk mengambil tindakan lain yang diperlukan, tetapi juga melarang mereka menutup wilayahnya.
Maklum, Jokowi berusaha menghindari kepanikan publik dan memprioritaskan tujuan pembangunan ekonominya. Tetapi ketidakpedulian pemerintahnya mungkin berbalik melawannya. Tanpa langkah-langkah ilmiah yang tepat untuk mencegah meningkatnya virus corona, pembayar pajak dapat merugikan miliaran dolar. Tidak ada sistem perawatan kesehatan di dunia yang dapat mengatasi peningkatan jumlah pasien di Italia.
Bahkan negara seperti Inggris (dengan sistem perawatan kesehatan yang matang seperti NHS) tidak dapat mengatasi badai pasien. Peningkatan jumlah pasien tersebut mengganggu rantai pasok obat-obatan dan fasilitas kesehatan seperti tempat tidur dan ventilator yang penting bagi penderita virus corona. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah serius untuk mencegah penyebaran virus sebelum jumlah pasien meningkat drastis. Menjangkau daerah rentan sangat penting di Indonesia karena tantangan geografis dan kurangnya akses ke layanan kesehatan masyarakat seperti Maluku dan Papua.

Menghindari masalah ini akan memakan biaya. Terlepas dari upaya pemerintah untuk mengatasi wabah virus corona melalui kebijakan fiskal dengan mengalokasikan $ 66,4 juta untuk membiayai logistik, sarana dan prasarana kesehatan, bantuan medis, dan biaya laboratorium, akan sulit untuk mencakup semua pasokan peralatan medis yang diperlukan, seperti alat tes. kebanyakan negara membutuhkan persediaan yang sama. Politik Indonesia
Bahkan Amerika Serikat (negara terkaya di dunia) sedang bergelut dengan kekurangan alat untuk menguji virus corona. Qiagen (sebuah perusahaan yang berbasis di Belanda yang membuat kit “ekstraksi RNA” yang digunakan untuk menguji virus corona) telah diatur ulang. Permintaan meningkat pesat dan produksi tidak dapat mengikuti. Virus korona merupakan tantangan serius bagi sistem kesehatan Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak menanggung biaya pengobatan pasien virus corona; Jika tidak, maka menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan.
Saat ini, pemerintah telah menyiapkan 100 rumah sakit untuk menghadapi wabah virus corona. Namun kurangnya transparansi dan penjelasan ilmiah dapat merugikan masyarakat. Tidak ada informasi mengenai tahap apa yang sedang dialami Indonesia atau kapan virus akan mencapai puncaknya.
Semua orang Indonesia tahu bahwa mereka telah diminta untuk menerapkan jarak sosial, tetapi tidak ada yang tahu berapa lama dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanggapan Jakarta saat ini meninggalkan kesan yang meresahkan bahwa negara ini menjalankan autopilot, tambah Asmiati Malik. Pemerintah Indonesia tidak bisa lagi memanfaatkan kebijakan penolakan. Dengan menghindari masalah dan membatasi informasi yang tersedia untuk umum, kekacauan politik dapat dihindari, tetapi dapat merenggut ribuan nyawa, seperti yang telah kita saksikan di China.
Indonesia dapat belajar dari Singapura, Korea Selatan dan Thailand, yang semuanya meminimalkan penularan penyakit dengan melakukan pengujian massal, melacak kontak dan melarang pertemuan dan perjalanan publik yang tidak perlu, Asmiati Malik menyimpulkan. Ekonomi Indonesia