Pemerintah berencana menurunkan intensitas bansos kepada masyarakat mulai tahun 2022. Tingginya intensitas bansos pada tahun 2020-2021 akan berkurang secara moderat selama dua tahun ke depan. Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan presentasi tentang ekonomi pada Selasa (11/8) saat peluncuran virtual CAC Indonesia. “Kebijakan utama yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 tentu saja kesehatan, bansos dan padat karya. Ini tiga program yang akan dilanjutkan pada 2021,” kata Airlangga.
Sejak pandemi virus corona (Covid-19), pemerintah banyak memberikan perhatian pada kebijakan bantuan sosial. Dari segi anggaran, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp203,9 triliun untuk program perlindungan sosial. Penjatahan naik menjadi 29,32% dari plafon untuk meredam efek pandemi korona dan PEN secara keseluruhan mencapai Rs 695,2 triliun. Anggaran perlindungan sosial tersebut terbagi atas Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp 37,4 triliun dan makan siang kemasan sebesar Rp43,6 triliun.
Kemudian bantuan sosial (bansos) di Jabodetabek Rp. 6,8 triliun, Rp. 32,4 triliun untuk bansos di luar Jabodetabek, dan Rp. 20 triliun kekurangan lapangan kerja. Kemudian diskon dan gratis tarif listrik mulai Rp 6,9 triliun, logistik, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya dari Rp 25 triliun menjadi Rp 31,8 triliun. Pada 2023, kabinet akan menurunkan intensitas kesejahteraan. Politik Indonesia

Penurunan intensitas juga terjadi pada kebijakan kesehatan. Pemerintah diharapkan dapat menurunkan intensitas kebijakan di sektor ini dari tinggi pada tahun 2020-2021 menjadi rendah pada tahun 2022-2023.
Sedangkan untuk kebijakan padat karya, intensitas tingginya akan menurun pada tahun 2020-202 menjadi sedang pada tahun 2023. Sedangkan pelonggaran peraturan perundang-undangan yang saat ini sangat intens akan menurun menjadi sedang pada tahun 2021 dan menjadi lemah pada tahun 2022-2023.
Tujuannya, kebijakan restrukturisasi kredit UMKM akan berlanjut tahun ini dengan intensitas yang moderat hingga tahun depan. Begitu pula untuk kebijakan investasi dan kebijakan penjaminan kredit, skalanya rata-rata pada tahun 2020-2021.
Selain itu, intensitas kedua kebijakan tersebut akan menjadi terlalu rendah pada tahun 2022-2023. Sebaliknya, kebijakan saat ini akan meningkat dari intensitas ekonomi rendah menjadi intensitas sedang pada 2021 dan menjadi tinggi pada 2022-2023.
“Jadi kita tidak hanya memulihkan ekonomi, tapi juga mentransformasikan ekonomi. Ini akan semakin intensif di tahun-tahun mendatang,” jelasnya. Sayangnya, Airlangga enggan memberikan program percontohan dan prakiraan anggaran untuk kebijakan ke depan. Ekonomi Indonesia
Sebelumnya, Kepala Kantor Kebijakan Perpajakan Polri, Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan pemerintah akan melanjutkan kebijakan kesejahteraan dalam program PEN tahun depan. Dengan rencana tersebut, pemerintah akan terus memberikan berbagai bentuk bantuan sosial kepada masyarakat. Namun, batas nominal bisa turun sedikit dari tahun ini. Pengangguran dan kemiskinan kemungkinan tidak akan meningkat banyak tahun depan, tetapi mungkin tidak sebanyak Rp 203,9 triliun. 100 triliun), ”kata Febrio.