Pandemi Corona telah menghantam ekonomi nasional dan dapat menyebabkan kemiskinan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan pendekatan yang tidak biasa diperlukan untuk mengurangi kemiskinan di tengah kesulitan yang disebabkan oleh epidemi ini. “Populasi miskin dan rentan baru sedang diciptakan. Orang yang rentan menjadi miskin, sedangkan yang miskin menjadi miskin atau miskin kronis, ”kata Suharso saat konferensi video, Rabu (24/6). Suharso menjelaskan bahwa partainya telah merumuskan berbagai strategi atau pendekatan yang dapat digunakan.
Salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan mengumpulkan data sosial untuk 100% populasi, dimulai dengan digitalisasi monograf desa. Dalam hal ini, Bappenas telah menerapkan sistem penganggaran, pemantauan, evaluasi dan penganggaran kemiskinan yang terintegrasi. Dengan merumuskan kebijakan adaptif dan berbasis bukti untuk pengurangan kemiskinan ekstrem, sistem ini juga dapat menjadi pendahulu digitalisasi monografi desa terpadu.
Sebagai hasilnya, mengumpulkan dan menganalisis data tentang proses perencanaan untuk penganggaran, pemantauan dan evaluasi dapat bersifat inklusif dan layak. “Semua proses dilakukan secara otomatis dengan pendekatan holistik, integratif, tematik dan khusus,” kata Suharso. Sebagai bagian dari pemulihan dari konsekuensi sosial dari pandemi korona, Suharso percaya bahwa Sepakat dapat membantu pemerintah daerah merumuskan strategi dan kebijakan. Ini dilakukan dengan menganalisis indikator sosial dan ekonomi. Politik Indonesia

Pemerintah, Suharso melanjutkan, ingin memastikan bahwa Sepakat dapat digunakan di semua provinsi, kabupaten dan kota dari RPJMN 2020-2024. Sementara itu, Sepakat saat ini hanya digunakan di 129 kabupaten / kota dan tujuh provinsi. “Untuk persiapan dokumen RPJMD, RKPD, strategi pengentasan kemiskinan regional, laporan implementasi pengurangan kemiskinan regional, dll.
Suharso sebelumnya berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperkirakan hanya 0,4% hingga 1% tahun ini, akan menyebabkan kemiskinan yang lebih besar. “Tingkat kemiskinan pada September tahun lalu adalah 9,22 persen dibandingkan dengan 24,79 juta orang. Tanpa intervensi, angka kemiskinan bisa meningkat 10,63%, dari 4 juta orang menjadi 28,7 juta orang, ”kata Suharso kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (22/6).
Mengenai upaya intervensi, ia mengatakan pemerintah harus mengurangi populasi ekstra miskin dari 1,2 juta menjadi 2,7 2,7 juta. Misalnya, tingkat kemiskinan tahun ini diperkirakan antara 9,7% dan 10,2%, dari 26,2 juta orang menjadi 27,5 juta orang. “Intervensi dilakukan dengan reformasi perlindungan sosial, khususnya dengan peningkatan data pada van sosial status sosial,” jelasnya. Ekonomi Indonesia
Politik Dalam dan Luar Negeri