Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia sedang mempersiapkan resesi jika pertumbuhan ekonomi nasional terus tumbuh negatif pada kuartal ketiga 2020 dan diharapkan pertumbuhan negatif berlanjut pada kuartal kedua 2020. Dalam satu skenario, kata Sri Mulyani, pemerintah memperkirakan pertumbuhan positif untuk ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga.
Tetapi pada saat yang sama, ia juga memperkirakan kemungkinan perlambatan ekonomi terburuk di negara ini sebesar -1,6% selama periode tersebut. “Kami berharap ekonomi tumbuh 1,4% pada kuartal ketiga dan kuartal keempat tahun 2020. Atau jika negatif, bisa minus 1,6%. Secara teknis bisa menjadi resesi jika kuartal ketiga negatif, “kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
Demikian pula, kepala Departemen Komunikasi dan Layanan Informasi, Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari, mengkonfirmasi bahwa Indonesia akan memasuki resesi jika laju ekonomi kuartal ketiga 2020 menjadi negatif setelah pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2020, diperkirakan -3,8%. “Siklus bisnis secara umum dipandang sebagai penurunan ekonomi pada periode menengah yang seharusnya terjadi sejak kuartal pertama 2020 di 2020,” katanya kepada Liputan6.com, Rabu (24-24-2020).
Menurutnya, definisi resesi teknis muncul ketika suatu negara mengalaminya dalam dua kuartal atau lebih. Ukuran lain adalah indikator aktivitas industri (indeks manajer pembelian / PMI) di bawah 50. Puspa, mengatakan Indonesia mengalaminya pada bulan April dan Mei, ketika PMI negara itu berada di level 28,6. “Itu juga terjadi sebelumnya pada kuartal keempat 2019, ketika masalah perang dagang sedang berlangsung,” kata Puspa. Ekonomi Indonesia

Sebelumnya, ekonom dan direktur Indonesia Core Piter Abdullah mengatakan resesi secara umum didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. “Sebenarnya, resesi ini tidak terlalu berbahaya, karena banyak negara mengalami resesi, terutama di tengah-tengah epidemi ke-19 ini, banyak negara telah secara resmi menyatakan resesi,” kata Piter kepada Liputan6.com, Rabu 6 / 24 – 2020)). Menurutnya, resesi adalah siklus bisnis dan sesuatu yang alami terjadi, yang berbahaya bukanlah resesi tetapi krisis, depresi ekonomi.
Jika suatu negara mengalami krisis hingga tertekan, tidak hanya ada siklus ekonomi atau resesi, tetapi situasinya lebih buruk. “Jika resesi mereda, tetapi ekonomi masih sehat, krisis akan menjadi sangat dalam dan sudah tidak sehat dan sudah sakit. Nah, semuanya dalam krisis,” katanya. Dia juga berbicara tentang krisis yang terjadi pada tahun 1998, ketika pertumbuhan ekonomi sangat dalam dan banyak perusahaan bangkrut karena perusahaan tersebut bangkrut. “Apa yang kami alami pada 1997 dan 1998 lebih berbahaya,” katanya.
Jadi, menurut Piter, jika penurunan ekonomi menjadi negatif, ternyata. Jika ini yang terjadi hari ini, kami berpikir bahwa pada kuartal kedua, akan sangat negatif bahwa pemerintah memperkirakan hanya minus 3,8%, itu bisa lebih penting. “Jadi kuartal ketiga harus negatif, tetapi kurang negatif, minus 1%. Itu adalah resesi, itu dua kuartal berturut-turut yang kita sebut resesi, ”katanya. Politik Indonesia
Jadi dia bilang kita bisa melalui resesi karena bisnis masih bisa bertahan dan NPL dari bisnis ke bank masih sehat, yaitu kurang dari 5%. “Ya, tidak apa-apa, karena kondisi ini sebenarnya adalah kondisi yang terjadi di semua negara di dunia. Yang paling penting adalah kita dapat pulih dengan cepat, tidak mengalami krisis bisnis, tidak menular ke sektor keuangan, dan kami siap untuk meningkatkan, “simpulnya.